Menyingkap “ Sunda “
Bangsa yang hebat adalah bangsa
yang berbudaya. Bangsa Indonesia memiliki banyak ragam budaya daerah. Namun
apakah semua budaya itu akan dapat kita jadikan kekuatan sebagai bangsa yang
hebat ?
Para budayawan bangsa sejak dulu berjuang
melestarikan budaya kita. Khususnya urang Sunda, hingga saat ini masih dapat
menikmati manfaat dari kelestarian budayanya. Nah, sekarang kita harus tahu budaya apa itu… dan
yang bagaimana ?
“….Budaya Pembelajar…. “
a.
“ Laleur mapay areuy…( lalat meniti pohon yang
merambat )…
Batok
kohok wadah huut…( tempurung kelapa yang bolong tempat dedak )”.
Kalimat yang familiar ini adalah salah satu contoh
cara urang Sunda melatih pelafalan kita dalam belajar bicara.
b.
Bebedilan jepret, sintir, talawengkar, Teknologi
sederhana sudah dikuasai urang Sunda sejak dulu. Buktinya permainan tradisional
menggunakan bahan dari alam dan barang-barang bekas, seperti bamboo, ranting kayu, kaleng bekas, dll.
c.
“ Pun biang nuju leleson,… upami pun adi mah keur sare…”. Sungguh kesopanan,
tatakrama dan penghargaan dipergunakan dalam keseharian urang sunda.
Masih banyak lagi kebanggaan
urang sunda dalam berbudaya. Tentu tugas kita melestarikannya. Ayo kita cari
lagi hal-hal positif nya… manfaatnya… pastilah banyak.
( Oleh : Ria Anwar )
TOKOH

Orang Sunda dapat merasa bangga dengan alat music yang telah
merambah dunia ini.
" Angklung…. "
Mulanya angklung hanya alat music lokal saja.
Angklung, sebuah alat music yang terbuat dari bamboo dengan
bunyi khas
seperti lebah”
…trtrtrng…” Ya, kurang lebih seperti
itu.
Hal ini tidak lepas dari jasa salah sorang tokoh pendidikan.
Tokoh pendidikan yang satu ini memang luar biasa. Beliau
adalah Bapak Daeng Soetigna. Atas jasa Bapak Daeng Soetigna, music angklung
jadi terkenal di seantero dunia. Dengan
diciptakannya angklung diatonis-kromatis, harmonisasi suara angklung terdengar
merdu , indah dan memiliki nilai tersendiri.
Karena kehebatan Pak Daeng, mari kita kenali beliau.
Bapak Daeng Soetigna lahir di Garut pada 13 Mei 1908. Pak Daeng adalah anak
kedua dari lima bersaudara. Ayahnya bernama Mas Kartaatmaja, seorang pensiunan
penilik sekolah. Pak Daeng banyak mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman
serta contoh-contoh kehidupan dari ayahnya.
Ibunya pak Daeng bernama Nyi Raden Ratna Soerasti. Beliau
dapat memainkan gamelan , meniup suling,
mahir menunggang kuda, merenda, membuat hiasan dari kerang dan bambu.
Saat berusia 7 tahun , Pak Daeng masuk sekolah
di HIS (Holandsche Inlander School = sekolah rendah untuk bumi putera)
Garut, angkatan kedua. Di Garut ia mulai mengenal angklung dan ingin belajar
membuatnya.
Setelah lulus dari HIS ia meneruskan sekolah ke Kweekschool
(Sekolah Raja) untuk jadi guru. Saat
tamat dari KS Beliau menjadi guru
dan berhasil memajukan para muridnya.
Jasa dan
perjuangannya dalam bidang music angklung telah diakui dunia. Tadinya music
angklung menggunakan tangga nada pentatonis, Beliau rubah menjadi
diatonis-kromatis sampai bisa merambah
dunia.
( Sumber: Majalah
Salaka, Djodi Prihatna, A.Md.Pd-MG/ Dikutip dan diterjemahkan oleh Ria Anwar )